Pagi ini ada pembinaan olimpiade di sekolah. Ya, aku ikut pembinaan fisika dan my ex-besitfriend itu ikut pembinaan kimia. Kelasnya bersebelahan dan hanya disekat oleh sebuah dinding triplek. Dan...
Saat aku sedang serius mengerjakan fisika, tiba2 konsentrasiku pecah gara2 mendengar suara yang sangat familiar itu. Yeah, suara dia. Aaaaargh, jadi gak bisa mikir. Semua perasaan campur aduk. Antara marah, pengen nangis, merasa bersalah, merasa kehilangan, dll. Pengen nangis tapi gak bisa. Untung suara itu segera hilang ditelan suara2 yg lain.
Setelah pembinaan selesai, aku makan di kantin dengan temanku. Sambil menunggu papaku yang sedang ikut rapat wali murid juga. Dan tiba2 suara itu datang lagi. Dia turun dari tangga dan melewati saya begitu saja. Sudah ku duga. Sebenarnya aku ingin meminta maaf padanya secara langsung, tapi dia terus2an dengan teman2nya(yang tidak ku kenal). Jadinya aku ragu-ragu menjalankan niatku. Tak lama kemudian, papa telepon dan bilang kalau rapatnya sudah selesai. Aku pun pergi dari tempat itu. Setelah bertemu dengan papa, aku kembali lagi(ada sesuatu yang harus ku selesaikan).
Dengan langkah berat aku pergi ke kantin lagi. Dia sedang makan dengan teman2nya. Aku berniat meminta maaf. Tetapi saat aku melewatinya, aku benar2 tidak dianggap. Sakit rasanya.
Tanpa pikir panjang, setelah membeli sesuatu dari sana aku langsung pergi. Air mataku hampir jatuh saat melewatinya lagi(dan masih tidak dianggap sama sekali). Kecewa, sedih, marah, tak terkendali emosi saya. Saya meninggalkan tempat itu dengan menahan tangis. Niatku untuk meminta maaf secara langsung padanya batal. Sampai kapan akan terus seperti ini?
Dengan sikapmu yang seperti ini, membuat hidupku semakin "menyenangkan". Terima kasih.
aku rindu sahabatku
Saat aku sedang serius mengerjakan fisika, tiba2 konsentrasiku pecah gara2 mendengar suara yang sangat familiar itu. Yeah, suara dia. Aaaaargh, jadi gak bisa mikir. Semua perasaan campur aduk. Antara marah, pengen nangis, merasa bersalah, merasa kehilangan, dll. Pengen nangis tapi gak bisa. Untung suara itu segera hilang ditelan suara2 yg lain.
Setelah pembinaan selesai, aku makan di kantin dengan temanku. Sambil menunggu papaku yang sedang ikut rapat wali murid juga. Dan tiba2 suara itu datang lagi. Dia turun dari tangga dan melewati saya begitu saja. Sudah ku duga. Sebenarnya aku ingin meminta maaf padanya secara langsung, tapi dia terus2an dengan teman2nya(yang tidak ku kenal). Jadinya aku ragu-ragu menjalankan niatku. Tak lama kemudian, papa telepon dan bilang kalau rapatnya sudah selesai. Aku pun pergi dari tempat itu. Setelah bertemu dengan papa, aku kembali lagi(ada sesuatu yang harus ku selesaikan).
Dengan langkah berat aku pergi ke kantin lagi. Dia sedang makan dengan teman2nya. Aku berniat meminta maaf. Tetapi saat aku melewatinya, aku benar2 tidak dianggap. Sakit rasanya.
Tanpa pikir panjang, setelah membeli sesuatu dari sana aku langsung pergi. Air mataku hampir jatuh saat melewatinya lagi(dan masih tidak dianggap sama sekali). Kecewa, sedih, marah, tak terkendali emosi saya. Saya meninggalkan tempat itu dengan menahan tangis. Niatku untuk meminta maaf secara langsung padanya batal. Sampai kapan akan terus seperti ini?
Dengan sikapmu yang seperti ini, membuat hidupku semakin "menyenangkan". Terima kasih.
aku rindu sahabatku
0 komentar:
Posting Komentar